Pipiholic Art

Search

Thursday, November 12, 2015

Crafter Vs Bussiness

Beberapa waktu yang lalu berselancar d instagram. Nemu sebuah akun crafter.
Dari captionnya,jelas sekali beliau adalah seorang ibu dg seorang balita. disamping itu juga menjalani bisnis olshop perlengkpn bayi.Kebayang repotnya bagaimana.
Mungkin saking tidak tahannya menghadapi deadline dan ocehan custumer yg semua pengen cepet, akhirnya ia nyetatus.
"Saya ngecraft bukan mengejar omset. Saya ngecraft menjual kreatifitas. saya hanya melayni pembeli yg sabar "
Dari sudut pandang seorang crafter.. Saya akui karyanya memang Bagus. Si ibu ini pasti susah payah menjaga moodnya agar karyanya cantik.
Ketahuilah.. keputusan untuk menjadi seorang crafter yang idealis ataupun komersil itu sulit.
Omset atau keunikan?
Kualitas atau kuantitas?

Status diatas milik temen Fb saya yg akunnya bernama "QURANI HANI". Sangat menyentil saya yang bbrp kali akhir2 ini jg mendapat pertanyaan serupa. Pertanyaan dr seorang temen bbrp minggu lalu "Mba ingin sekedar jd seniman yg asal kerja mood2an, atau menjadikan bisnis yang menghasilkan..??? Tidakkah Mba ingin mencapai sesuatu..???"

Pertanyaan tersebut jika ditanyakan kepada saya sekarang, dan satu tahun yang lalu, empat tahun lalu, dan ditanyakan sebagai resolusi untuk tahun depan mungkin jawaban q akan berbeda. Apakah jawaban itu dapat menjadi penanda bahwa aq seorang yang nda punya pendirian atau prinsip..??? Terserah orang lain menilai bagaimana. Yang jelas aq punya cerita yang menjelaskan kenapa demikian.

 Jika dipertanyakan di awal q mengenal kawat dan kroni2 nya tentu q blm berpikir sampai sejauh itu, karena waktu itu yg aq tau hanya berkarya dan belajar. Masih seneng2nya nyobain bkin ini itu yang seakan nda pernah terpuaskan sampai nda begitu memperhatikan tentang harga jual dan jumlah produk. Kalo sampe ada barang laku bahagia bukan karena nominal angka nya tapi krn ada yang mengapresiasi sampai membelinya. Maka dari itu ketika ada customer yang beli karya q hanya sebatas menganggap sebagai suatu produk dan menawar dengan kata2 sadis hati q marah dan nda rela, bukan krn merasa g dihargai, tp lbh merasa nda rela karya q dibeli org yg punya duit tp kikir dan membeli barang cm buat "ini loo, aq punya". Jika ada pembeli yang dr sorot matanya udah kliatan pingin banget tp harga bandrol g sesuai budget, q bisa tiba2 kasi diskon agar dia bisa beli. Hhahaha.. Sungguh bukan sifat seorang bisnismen dan mencerminkan penjual yang subyektif.

 Seiring waktu setahun dua tahun barulah terbuka pikiran untuk mulai serius produksi untuk beberapa produk tertentu terutama yang cukup diminati. Kendala utamanya adalah MOOD. Jika saya melulu bekerja sendiri dan ingin terus bertahan maka hanya ada 2 pilihan : aq harus dapat mengontrol mood, atau membayar org lain untuk melakukannya. Dimana kedua hal itu masih blm dapat q lakukan. Karena jika memaksakan bekerja dengan mood yang nda bagus akan sangat berpengaruh pada hasil akhir karya yang q buat, namun q jg blm berani meng-hire orang lain untuk melakukannya, karena pendapatan yang masih blm dapat angka rata2nya, "Bagaimana jika q nda mampu membayarnya nanti..???".
Seorang teman baik pernah bilang bahwa aq merupakan tipe creator idealis, bukan tipe mesin produksi, alias nda akan pernah bisa mengulang karya lebih dr 5, karena bosan mengerjakan yang sudah merasa mampu kerjakan dan akan selalu muncul ide ide baru terus sehingga sulit berada dlm pattern awal. Satu2nya cara hanya meng-hire org lain untuk me replikasi produk2 yang sudah pernah q kerjakan. Untuk itu, nekat q memberanikan diri memberikan kerjaan borongan pada seorang spg craft stand ukm tetangga yang waktu itu stand nya sebelahan. Mungkin hal ini nda dibenarkan, karena dia berstatus saryawan orang. Tp waktu itu aq wanti2 dia untuk jujur blg ke bosnya klo dirumah dia ngerjakan borongan, dan jika nda boleh lbh baik jangan. Ngerjakannya juga harus diluar jam kerja.
Saat itu produk yang selalu jadi penyelamat omset adalah cincin cincin sederhana. Maka produk itulah yg aq pasrahin untuk dikerjain borongan. Bismillah, dengan ribuan doa dan usaha agar dapet terus memutarkan uang dan nda pernah sekalipun luput membayarkan kewajiban yg jd hak org lain.

Demikianlah awalnya, dan ketika q pindah ke Mojokerto, banyak sekali perubahan terjadi, dari mulai daya beli, kemudahan mencari bahan, mindset orang2 di kota kecil, mau nda mau harus mulai berfikir selayaknya enterpreuneur, 5W1H pun jd dipikirin. Nda bisa q mempertahankan idealisme berkarya kalo masih butuh omset jg, karena mindset fashion dan daya beli masyarakat di mojokerto masih jauh berbeda dengan di Surabaya. Jadi q mulai dengan menjual bahan2 craft, memberikan kursus gratis setiap hari kamis, beriklan di beberapa media online, cetak dan memperluas relasi. Semua itu dilakukan untuk meraih omset diluar kemampuan q produksi. Kemudian q mulai mencari Asisten Produksi untuk mulai membantu produksi beberapa yang massal, custom masih q kerjakan sendiri. Alhamdulillah, dari ditu pun semakin banyak jalan dan kesempatan untuk ikut pameran sana sini yang diprakarsai dinas, komunitas maupun yang swadaya. Nda perlu lg kuatir nda punya stok, karena ada satu asisten yang standby di bengkel dan dua pekerja borongan yang dibawa pulang. Seminar2 UKM pun q ikuti satu demi satu baik yang tingkat kotamadya mojokerto maupun yang tingkat Jawa Timur. Saat itu q diberi kemudahan dikenal oleh Pihak Kedinasan meski tanpa harus bermuka dua meminta2 pd tokoh2 penting, sehingga sempat q memperoleh beberapa kesempatan mewakili Mojokerto dalam level Jawa Timur. Bangga..??? jelas, meski hanya beberapa kali, tp itu q dapat TANPA "MENYUAP" dan TANPA "BERMUKA BANYAK", sebagaimana kebanyakan yang lain. Beberapa kali di datangi dan diliput media cetak maupun televisi (khusus Jawa Timur). Bangga..??? harus, karena sebelumnya banyak sekali yang mengejek q, mengejek q karena ndamau menjadi pegawai negri, karena ijazah q farmasi hanya dilipet, karena q pengangguran, karena q (maaf) belum menikah (somehow, hal ini sangat berhubungan erat atas cemoohan bbrp org perihal kenapa q lakukan usaha ini).

Jadi, jika disaat itu q ditanyai pertanyaan yang sama,
jawaban q "Jelas, I want to be a womanpreuneur". Jawaban yang semakin membuat banyak org berpikir q keasikan bisnis, sampe lupa nikah, sampe g mikir nikah, atau sampe ketinggien cari calon pasangan. hehehee.. That's Life.. Apapun dan bagaimanapun baiknya, orang akan terus aja ngomongin. Klasik.

 
 Sebuah keputusan besar, yang membuat q menanggalkan semua itu. MENIKAH. Bukan, bukan karena suami melarang q, juga bukan karena prinsip q yang surut. Hanya karena q ingin belajar menjadi istri yang baik, belajar mengadaptasikan waktu q, karena kini tugas utama dan nomer satu q adalah itu. Selanjutnya q pelan2 menyesuaikan diri dan waktu diluar tugas wajib tadi untuk kembali berkarya. Suami sudah sangat baiknya, dia menanyai q sejak awal menikah, perihal apa q ingin menjadi Ibu Rumah Tangga 100% atau menjadi Owner UKM Pipiholic Art dengan serius. Tidak mungkin q dapat menjalankan Pipiholic Art dengan kembalin pada track perjalanan sebelumnya, karena Bengkel Pipiholic Art ada di Mojokerto, beserta semua bahan2 dan jualan yang lainnya, pameran dan apapun juga cakupan Jawa Timur, asisten sudah resign karena melahirkan, dan q blm juga mendapatkan pekerja borongan baru yang dapat dipercaya. Aq di Jakarta skrg, hanya dengan membawa 2 kardus bahan. Kepada suami q menjelaskan jika q ndaiza menjadi 100% ibu rumah tangga, karena akan sangat membosankan sehari2 tanpa kegiatan lain selain kegiatan domestik rumah tangga. Namun q jg belum bisa kembali pada track Pipiholic Art karena bagi q lebih utama peran sebagai Istri. 
Jika demikian, bagaimanakah q menjawab pertanyaan itu..???
q jawab "Kali ini q akan sangat menikmati menjadi 100% Artist (Seniman)", yang berkarya hanya sesuai Mood dan Inspirasi, yang q lakukan di sela luang q, dan Bismillah q tetap ingin kembali lg pada track PIpiholic Art nanti, jika memang sudah bisa mengkondisikan segala sesuatunya.
 
- Pipiholic Art -

No comments:

Post a Comment

Leave Your Comment..

Kesombongan nda akan membawamu kemana mana selain pada kehancuran