Pipiholic Art

Search

Wednesday, November 04, 2015

Surviving Community

Surviving Community


Memiliki komunitas itu sangat menyenangkan dan menguntungkan, selain tambah saudara, juga tambah sillaturrahmi, asalkan nda ada pihak2 yang membuat suasana jadi nda enak dan atau masuknya faktor kepentingan2 pribadi yg merajalela.

Membentuk sebuah komunitas itu mudah, tinggal mengambil PERSAMAAN atas sesuatu dan mencari orang2 yang juga memiliki kesamaan di bidang tersebut. Apalagi sekarang dengan dukungan media sosial yang begitu mudah di akses, menjadi sangat mudah untuk membentuk suatu kelompok (komunitas). Selanjutnya menentukan visi misi atas terbentuknya komunitas tersebut. Nda mungkin sebuah komunitas terbentuk tanpa TUJUAN, setidaknya hal yang paling sederhana adalah perasaan senasib sehingga membutuhkan 'kebersamaan' tersebut untuk sharing dan mendapat dukungan. Namun, untuk mempertahankan kebersamaan tersebut bukanlah hal mudah, meski demikian sesuatu yang tidak mudah itu bukan berarti tidak mungkin. Jika setiap anggota dapat memahami dengan baik yang menjadi tujuan untuk kemudian berKOMITMEN untuk menjalani segala proses kebersamaan, Insha Allah akan dapat bertahan.

Semisal komunitas yg pernah q pelopori, HJA (Handmade Jewel's Art).
Qt dl berkumpul di awal dengan misi untuk dapat sewa lapak bersama di SUTOS. Karena qt semua berangkat dr bukan siapa2, terbatasnya dana, terbatasnya jumlah produk, terbatasnya segala keperluan display, terbatasnya ruang gerak & waktu dan beberapa keterbatasan lain. Dan kemudian ketika q mulai mendapat kesempatan untuk mengikuti beberapa pameran besar dan kecil berskala propinsi, aq pun membutuhkan mereka untuk bergabung karena aq nda mungkin melakukan semuanya sendiri, untuk membantu menambah stok yang akan dipajang di stand, membantu jaga dan segala hal sehubungan dengan pameran, sehingga semakin sering qt ngelapak bareng. Untuk itu qt berkumpul, untuk saling meringankan, untuk saling memperkuat dan saling membantu. Seiring waktu ada keterbukaan satu sama lain sehingga muncul rasa persaudaraan, saling mengerti dan memahami. Saling sharing dari mulai masalah pribadi sampai masalah perkawatan, berbagi ilmu berbagi pengalaman berbagi tawa bahkan tangis. Padahal qt berbeda, secara kepribadian, sifat, karakter, secara kehidupan dan secara sudut pandang. Tp dengan SALING MENGHARGAI dan mengerti satu sama lain, dan empati yg tulus, berbagi yang tulus, maka kedekatan qt sekarang cenderung seperti saudara. Dalam perjalanan kami sejak awal tahun 2012, qt bukan sama sekali nda ada konflik, ada beberapa konflik, namun alhamdulillah semua dapat terselesaikan dengan keterbukaan dan berbicara dengan kepala dingin. Aq bangga dengan mereka semua, q bangga menjadi bagian dari mereka.

Jadi sesungguhnya keTERBUKAan juga merupakan faktor penting dalam sebuah komunitas, bukan keterbukaan tentang masalah pribadi, tetapi keterbukaan atas hal hal yang dirasa mengganjal dan jadi pertanyaan dalam hati satu sama lain. Hal ini dapat meminimalisir pertikaian karena kesalahpahaman. Legowo untuk menerima ketidakmampuan atau keterbatasan pihak lain, dan nda semena2 membuat aturan yang membuat anggotanya jadi merasa terpaksa. Jika sampai ada salah satu atau lebih pihak yang 'merasa terpaksa' maka bibit2 pertikaian pun dimulai. Hmm.. Mungkin lebih tepatnya menggunakan istilah 'keselarasan'. Boleh lah dibuat beberapa aturan tertentu yang menata tentang hal hal yang jadi prinsip, dengan tetap berdasarkan keSEPAKATan, kalaupun sulit untuk mengumpulkan sekian banyak orang, masih ada fb, bbm, wa, line atau media sosial lain untuk berkumpul.

Berkaca dari komunitas tetangga, kurangnya pondasi kebersamaan juga dapat memicu 'penyakit'. Ketika pondasi pengurus belum kuat, komunitas telah dibuka untuk umum, anggota sudah semakin banyak dan dari berbagai daerah di jawa maupun luar jawa. Sepertinya itu tindakan gegabah, karena dengan anggota sebanyak itu dan mengadakan kegiatan beraneka rupa, pengurus harusnya siap untuk total melayani para anggotanya. Jika pondasi belum kuat, niat dan tujuan nya belum kokoh, maka hal seperti ini menimbulkan kegoyahan, pengurus akan mundur satu demi satu, lalu bagaimana barang2 yang telah dikumpulkan dr anggota di berbagai daerah..??? Pada akhirnya pun terjadi beberapa kesalahpahaman dan saling menyalahkan, barang2 yang telah dikumpulkan pun terbengkalai. Jadi, dipastikan dlm suatu komunitas ada orang2 tertentu yang entah ditunjuk secara keihklasan atau secara kesadaran pribadi bersedia menjadi "petugas serabutan", jika tidak memungkinkan untuk itu maka mengambil pihak luar dan dibayar secara profesional. Seperti MCC, sampai sampai kami menyebut istilah 'Tim Hore Hore' untuk 6 orang yang secara aktif, ikhlas dan rela membantu kelancaran segala kegiatan, urun waktu tenaga dan materi. Contoh lain juga pada komunitas tetangga yang pengurusnya malah memiliki aktifitas rutin lain diluar dunia craft. Tp totalitas mereka patut diacungi jempol, pondasi kebersamaan mereka sangat kokoh, sehingga terjangan dari luar nda menggoyahkan mereka mewujudkan visi dan misi nya yang murni untuk saling berbagi.

Jika sudah berbicara mengenai 'bisnis' sehubungan dengan penjualan hasil craft, buka lapak bersama dan berkegiatan lain2 bersama, yang sangat penting selanjutnya adalah SPORTIFITAS & KEJUJURAN. Karena tidak semua orang mengerti bahwa "REJEKI sudah ada yang mengatur, tinggal qt berusaha sebaik mungkin di jalan yang BENAR". Karena materi sangatlah melenakan, dan dari situ dapat lupa pertemanan bahkan persaudaraan. Bukan angka yang sedikit jika suatu club, grup, kelompok, komunitas, asosiasi dapat pecah karena hal ini.

Dan untuk semua itu, saya berterimakasih sekali untuk kelompok embak2 UKM aksesoris Surabaya periode 2011-1012, HJA dan MCC yang telah membesarkan q, membimbing q, menemani q dan men-support q hingga sampai di titik ini.

- PIPIHOLIC -

No comments:

Post a Comment

Leave Your Comment..

Kesombongan nda akan membawamu kemana mana selain pada kehancuran