Surviving Community
Memiliki komunitas itu sangat menyenangkan dan
menguntungkan, selain tambah saudara, juga tambah sillaturrahmi, asalkan nda
ada pihak2 yang membuat suasana jadi nda enak dan atau masuknya faktor
kepentingan2 pribadi yg merajalela.
Membentuk sebuah komunitas itu mudah, tinggal mengambil
PERSAMAAN atas sesuatu dan mencari orang2 yang juga memiliki kesamaan di bidang
tersebut. Apalagi sekarang dengan dukungan media sosial yang begitu mudah di
akses, menjadi sangat mudah untuk membentuk suatu kelompok (komunitas).
Selanjutnya menentukan visi misi atas terbentuknya komunitas tersebut. Nda
mungkin sebuah komunitas terbentuk tanpa TUJUAN, setidaknya hal yang paling
sederhana adalah perasaan senasib sehingga membutuhkan 'kebersamaan' tersebut
untuk sharing dan mendapat dukungan. Namun, untuk mempertahankan kebersamaan
tersebut bukanlah hal mudah, meski demikian sesuatu yang tidak mudah itu bukan
berarti tidak mungkin. Jika setiap anggota dapat memahami dengan baik yang
menjadi tujuan untuk kemudian berKOMITMEN untuk menjalani segala proses
kebersamaan, Insha Allah akan dapat bertahan.
Semisal komunitas yg pernah q pelopori, HJA (Handmade
Jewel's Art).
Qt dl berkumpul di awal dengan misi untuk dapat sewa lapak
bersama di SUTOS. Karena qt semua berangkat dr bukan siapa2, terbatasnya dana,
terbatasnya jumlah produk, terbatasnya segala keperluan display, terbatasnya
ruang gerak & waktu dan beberapa keterbatasan lain. Dan kemudian ketika q
mulai mendapat kesempatan untuk mengikuti beberapa pameran besar dan kecil
berskala propinsi, aq pun membutuhkan mereka untuk bergabung karena aq nda
mungkin melakukan semuanya sendiri, untuk membantu menambah stok yang akan
dipajang di stand, membantu jaga dan segala hal sehubungan dengan pameran,
sehingga semakin sering qt ngelapak bareng. Untuk itu qt berkumpul, untuk
saling meringankan, untuk saling memperkuat dan saling membantu. Seiring waktu
ada keterbukaan satu sama lain sehingga muncul rasa persaudaraan, saling
mengerti dan memahami. Saling sharing dari mulai masalah pribadi sampai masalah
perkawatan, berbagi ilmu berbagi pengalaman berbagi tawa bahkan tangis. Padahal
qt berbeda, secara kepribadian, sifat, karakter, secara kehidupan dan secara
sudut pandang. Tp dengan SALING MENGHARGAI dan mengerti satu sama lain, dan
empati yg tulus, berbagi yang tulus, maka kedekatan qt sekarang cenderung
seperti saudara. Dalam perjalanan kami sejak awal tahun 2012, qt bukan sama
sekali nda ada konflik, ada beberapa konflik, namun alhamdulillah semua dapat
terselesaikan dengan keterbukaan dan berbicara dengan kepala dingin. Aq bangga
dengan mereka semua, q bangga menjadi bagian dari mereka.
Jadi sesungguhnya keTERBUKAan juga merupakan faktor penting
dalam sebuah komunitas, bukan keterbukaan tentang masalah pribadi, tetapi
keterbukaan atas hal hal yang dirasa mengganjal dan jadi pertanyaan dalam hati
satu sama lain. Hal ini dapat meminimalisir pertikaian karena kesalahpahaman.
Legowo untuk menerima ketidakmampuan atau keterbatasan pihak lain, dan nda
semena2 membuat aturan yang membuat anggotanya jadi merasa terpaksa. Jika
sampai ada salah satu atau lebih pihak yang 'merasa terpaksa' maka bibit2
pertikaian pun dimulai. Hmm.. Mungkin lebih tepatnya menggunakan istilah
'keselarasan'. Boleh lah dibuat beberapa aturan tertentu yang menata tentang
hal hal yang jadi prinsip, dengan tetap berdasarkan keSEPAKATan, kalaupun sulit
untuk mengumpulkan sekian banyak orang, masih ada fb, bbm, wa, line atau media
sosial lain untuk berkumpul.
Berkaca dari komunitas tetangga, kurangnya pondasi
kebersamaan juga dapat memicu 'penyakit'. Ketika pondasi pengurus belum kuat,
komunitas telah dibuka untuk umum, anggota sudah semakin banyak dan dari
berbagai daerah di jawa maupun luar jawa. Sepertinya itu tindakan gegabah,
karena dengan anggota sebanyak itu dan mengadakan kegiatan beraneka rupa,
pengurus harusnya siap untuk total melayani para anggotanya. Jika pondasi belum
kuat, niat dan tujuan nya belum kokoh, maka hal seperti ini menimbulkan kegoyahan,
pengurus akan mundur satu demi satu, lalu bagaimana barang2 yang telah
dikumpulkan dr anggota di berbagai daerah..??? Pada akhirnya pun terjadi
beberapa kesalahpahaman dan saling menyalahkan, barang2 yang telah dikumpulkan
pun terbengkalai. Jadi, dipastikan dlm suatu komunitas ada orang2 tertentu yang
entah ditunjuk secara keihklasan atau secara kesadaran pribadi bersedia menjadi
"petugas serabutan", jika tidak memungkinkan untuk itu maka mengambil
pihak luar dan dibayar secara profesional. Seperti MCC, sampai sampai kami
menyebut istilah 'Tim Hore Hore' untuk 6 orang yang secara aktif, ikhlas dan
rela membantu kelancaran segala kegiatan, urun waktu tenaga dan materi. Contoh
lain juga pada komunitas tetangga yang pengurusnya malah memiliki aktifitas
rutin lain diluar dunia craft. Tp totalitas mereka patut diacungi jempol,
pondasi kebersamaan mereka sangat kokoh, sehingga terjangan dari luar nda
menggoyahkan mereka mewujudkan visi dan misi nya yang murni untuk saling
berbagi.
Jika sudah berbicara mengenai 'bisnis' sehubungan dengan
penjualan hasil craft, buka lapak bersama dan berkegiatan lain2 bersama, yang
sangat penting selanjutnya adalah SPORTIFITAS & KEJUJURAN. Karena tidak
semua orang mengerti bahwa "REJEKI sudah ada yang mengatur, tinggal qt
berusaha sebaik mungkin di jalan yang BENAR". Karena materi sangatlah
melenakan, dan dari situ dapat lupa pertemanan bahkan persaudaraan. Bukan angka
yang sedikit jika suatu club, grup, kelompok, komunitas, asosiasi dapat pecah
karena hal ini.
Dan untuk semua itu, saya berterimakasih sekali untuk
kelompok embak2 UKM aksesoris Surabaya periode 2011-1012, HJA dan MCC yang
telah membesarkan q, membimbing q, menemani q dan men-support q hingga sampai
di titik ini.
- PIPIHOLIC -
No comments:
Post a Comment
Leave Your Comment..